Kepada yang Terkasih: Terima Kasih telah terus Menghadirkan Kasih

img_20181027_1735352032565073.jpgSebuah gedung gereja disinari mentari petang itu. Aku takjub sejadi-jadinya, hingga mengabadikannya dalam sebuah potret. Kejadian ini sudah berulang kali aku lakukan, mengingat ini kali kedua aku menemukan gedung gereja berwarna kuning yang seperti keemasan ketika disinari mentari di setiap petang. Petang dan petang berikutnya, pemandangan seperti ini akan terus berulang, namun aku tak berpikir bahwa kejadian-kejadian yang nampak di depannya akan sama setiap kalinya.

Aku bersembunyi dibalik cerita ini. Cerita tentang seseorang yang tengah membangun masa depannya, dan masa depannya sudah digenggamnya. Banyak hal dia ungkapkan padaku, termasuk katanya tetaplah berbaik sangka pada kendali Tuhan. Kalimat yang berulang kali aku tulis pada linimasa blogku bahkan linimasa instagram millikku. Banyak hal katanya, yang harus dikorbankan. Katanya musuh terbesar ketika membangun masa mudanya adalah dirinya sendiri.

Aku menopang daguku sambil menatapnya dalam, dia yang sedang berada di depanku. Mulutnya tak henti-henti bercerita, bahkan ketika aku sudah meneguk air mineral belasan kali. Dia terus bercerita padaku, bahkan ketika aku sudah menyesal menemuinya hari ini ketika aku sedang mengantuk sejadi-jadinya. Ada banyak cerita yang tak mampu tersimpan dalam ingatanku, sebab beberapa kali mataku terpejam dan aku ditegurnya dalam beberapa kali pula. Sesungguhnya aku tak ingin ditegurnya, sebab apapun yang dikatakannya tidak pernah aku seriusi, apalagi ketika dia sedang marah.

Kali ini, dia meminta waktuku lebih banyak untuk berbagi kisahnya. Entah soal kisah terkelam maupun kisah bahagia diselimuti haru. Aku tak tahu, sebab memprediksi ceritanya, akan segera melahirkan cerita-cerita paling baru setiap hari. Hari ini dia bercerita bahwa dahulu, di beberapa tahun yang lalu dia sempat berkali-kali gagal merintis masa depannya. Soal pendidikannya, bahkan soal asmara yang terselip dalam pendidikannya dirasakannya gagal. Impiannya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi sempat tertunda, sebab dia harus menghidupi adiknya. Baiklah, kali ini entah bagaimana, kantukku enyah dan aku menyimak apapun yang dikatakannya.
Dia bercerita bahwa dirinya adalah seorang payah yang gagal berkali-kali. Dia telah menyerah, namun sekali lagi dia malu menatap pohon yang tumbuh dengan rindang namun berkali-kali ditebang. Katanya, pohon saja tahan uji, masa aku tidak?. Kali ini dia tersenyum dan menepuk jemariku, katanya memberikan penghargaan pada diri sendiri adalah hal termudah. Setelah itu menjadi hal termudah, aku akan dengan mudah mencintai diriku yang lemah ini. Katanya, aku akan semakin bersemnagat bila aku menatap mataku di cermin dan berujar bahwa kegagalan ini adalah tangga-tangga baru untuk menapaki hari sukses. Dia telah membuktikan padaku, bagaimana dia berjuang. Ketika banjir melanda ibukota tercintanya, dia menerobos banjir itu dan bertamu pada masa depannya. Ternyata, masa depannya telah menjumpainya. Masa depannya telah digenggamnya, namun dia masih seperti dulu. Masih menjadi periang terselimutkan sedih, hingga menjadi teruji diantara yang diuji. Hebat bukan?

img_20181027_1735352032565073.jpgPetang aku menatap gedung gereja, aku teringat akan dia. Dia yang bercerita dan berkali-kali memotivasi diriku. Kita sama-sama pemalu, namun katanya jangan menjadi orang yang terus mau tampil di belakang, kau harus melepaskan rasa malumu untuk menjadi berani dan berada di depan. Aku tertegun mendengarnya dan aku rasa tak ada yang salah padanya. Aku ingat bagaimana dia membantuku meraih keberanian untuk berhari-hari berbagi rasa bahagia ketika satu-per satu pengunjung menghadiri linimasa blogku. Aku ingat bagaimana dia tak mengejek namun terus membuatku ingin menulis setiap hari. Dia tak pernah ambil bagian dalam gedung itu, namun bagiannya telah emmbentuk kecintaanku ketika mengabadikan perasaan lewat aksara-aksara yang berimbun-rimbun dalam kertas. Ah, betapa aku cinta keadaan ini!.

Kepada yang terkasih: terima kasih telah terus menghadirkan kasih.

 

Tinggalkan komentar